Translate

Jumat, 30 November 2012

MAJELIS DZIKIR


Majelis Dzikir sangat dianjurkankan dan disenangai oleh Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW : “Dari Abdurrahman ibnu Sahl Ibnu Hanif, ia berkata : ’Pada suatu saat, ketika Rasulullah SAW berada disalah satu rumahnya, turunlah ayat kepada beliau, yang artinya : Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhanmu pada pagi dan petang dengan mengharap keridoan-Nya (Q.S. Al-Kahfi : 28).
Maka setelah menerima wahyu itu, Rasulullah SAW keluar mencari orang-orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut. Kemudian beliau menjumpai sekelompok orang yang sedang sibuk berdzikir. Diantara mereka ada yang rambutnya tidak teratur dan kulitnya kering, dan ada yang hanya memakai sehelai kain. Ketika Rasulullah melihat mereka, beliaupun duduk bersama mereka dan berkata : Segala puji bagi Allah, yang telah menciptakan di antara umatku orang-orang yang menyebabkan aku diperintahkan duduk bersama mereka “.(H.R. Thabrani, Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawaih).

Diriwayatkan dalam hadits lain : “Dari Tsabit ia berkata : ‘Ketika sahabat Salman Al-Farisi beserta kawan-kawannya sedang sibuk berdzikir, lewatlah Rasulullah SAW dihadapan mereka. Maka mereka terdiam sebentar. Lalu beliau bertanya : Apa yang sedang kalian lakukan ? Mereka menjawab : Kami sedang berdzikir. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : Sungguh aku melihat rahmat Allah turun di atas kalian, maka hatiku tertarik untuk bergabung bersama kalian untuk berdzikir. Kemudian beliau bersabda : Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan dari umatku orang-orang yang aku diperintahkan duduk bersama mereka “. (H.R. Ahmad)

Dari dua hadits tersebut di atas jelaslah majelis dzikir sangat disukai oleh Allah SWT sehingga Rasulullah SAW diperintahkan untuk duduk bersama mereka (tentunya bersama-sama untuk berdzikir kepada Allah SWT).

Di bawah ini beberapa keutamaan barangsiapa yang cinta dan senang menghadiri majelis dzikir (khalaqah/lingkaran dzikir), yang kami himpun dari beberapa hadits diantarnya :

1. Majelis dzikir adalah laksana taman-taman syurga.
Diterima dari Ibnu Umar ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Jika kamu lewat ditaman-taman surga, hendaklah kamu ikut bercengkrama ! Tanya mereka : Apakah itu taman-taman surga, ya Rasulullah ? Ujar Nabi SAW : Ialah lingkaran-lingkaran dzikir (halaqah dzikir), karena Allah Ta’ala mempunyai rombongan pengelana dari Malaikat yang mencari-cari lingkaran dzikir. Maka jika ketemu dengannya, mereka akan duduk mengelilinginya.”
2. Majelis yang dibanggakan oleh Allah SWT terhadap para malaikat-Nya.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Mu’awiyah katanya :
Rasulullah SAW pergi mendapatkan satu lingkaran dari sahabat-sahabatnya, kemudian beliau bertanya : “Kenapa kamu duduk di sini?” Ujar mereka : “Maksud kami duduk di sini ialah untuk dzikir kepada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan menganut agama Islam.” Sabda Nabi SAW : “Demi Allah, tak salah sekali-kali ! Tuan-tuan duduk hanyalah untuk itu ! Dan saya tidaklah minta tuan-tuan bersumpah karena menaruh curiga kepada tuan-tuan, tetapi sebetulnya Jibril telah datang dan menyampaikan bahwa Allah Ta’ala telah membanggakan tuan-tuan terhadap Malaikat.”
3. Majelis yang dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat, beroleh ketenangan dan akan disebut-sebut oleh Allah kepada siapa-siapa yang berada didekat-Nya.
Diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id Khudri ra dan Abu Hurairah ra bahwa mereka mendengar sendiri Rasulullah SAW bersabda :
“Tidak ada suatu kaumpun yang duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala kecuali mereka akan dikelilingi oleh Malaikat, akan diliputi rahmat, akan beroleh ketenangan, dan akan disebut-sebut oleh Allah kepada siapa-siapa yang berada didekat-Nya.”
4. Majelis yang mana akan mendapat ampunan dari Allah SWT dan keburukan-keburukan akan diganti dengan berbagai kebaikan.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrany dari Sahl Ibnu Al-Hanzhaliyah ra, Nabi SAW bersabda :
“Tidaklah duduk suatu kaum pada suatu majelis, dimana mereka berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Lalu (setelah selesai) mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka ‘berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan’ “.
5. Majelis yang paling mulia kelak di hari kiamat.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Sa’id al-Khudri ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : “ Allah ‘Azza wa Jalla akan berfirman pada hari kiamat : ‘Semua golongan akan tahu siapakah golongan yang paling mulia’. Rasulullah SAW ditanya : ‘Siapakah golongan yang paling mulia itu Ya Rasulullah ? Beliaupun menjawab : ‘Golongan majelis-majelis dzikir’ “.
6. Orang yang mencintai majelis dzikir dengan rajin menghadirinya, ia akan disayangi oleh Allah SWT.
Diriwayatkan oleh Ahmad, dari Anas Ibnu Malik ra, Rasulullah SAW bersabda :
“Semoga Allah menyayangi Ibnu Rawalah, karena ia mencintai majelis dzikir yang mana para malaikat saling bermegah-megahan dengan majelis itu “.
7. Majelis yang akan mendapat ganjaran syurga.
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah Ibnu ‘Amr ra, ia berkata, aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW : “Yaa Rasulullah, apakah ganjaran dari majelis dzikir ? Beliaupun menjawab : ’Ganjaran majelis dzikir adalah syurga’ “.
Dari keutamaan-keutamaan tersebut diatas yang berdasarkan dari beberapa hadits Rasulullah SAW, maka dapatlah memberikan gambaran dan dasar yang jelas kepada kita bahwa majelis dzikir adalah sunnah bukan bid’ah. Untuk itu mari kita hidupkan sunnah ini, kita semarakkan majelis dzikir yang merupakan taman syurga dengan naungan rahmat Allah ini, kemudian kita cintai dan selalu kita hadiri dengan penuh keikhlasan dan mengharap ridho-Nya.
Adapun pelaksanaan majelis dzikir dan doa bersama tersebut adalah sebagai berikut :
Dzikir dilaksanakan bersama-sama, dipimpin oleh seorang pemimpin dzikir. Jika jama’ahnya sedikit, dzikir dilaksanakan dengan cara melingkar (halaqah dzikir), dan jika jama’ahnya ramai dilaksanakan seperti barisan shaf shalat dan pemimpinnya berada di depan. Peserta yang mengikuti harus dalam keadaan suci (dalam keadaan berwudhu’). Dilaksanakan dengan hati khusyu’ dan tawadhu’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar